Tadabbur Al-Quran

Oleh : Firman Afifudin Saleh

A. Keutamaan Tadabbur Al-Quran

Al-Quran adalah gudangnya ilmu pengetahuan. Sebagaimana yang dikatakan oleh Shahabat Abdullah bin Mas’ud رضي الله عنه :

مَنْ أَرَادَ الْعِلْمَ فَلْيُثَوِّرِ الْقُرْآنَ، فَإِنَّ فِيهِ عِلْمَ الْأَوَّلِينَ وَالْآخِرِينَ

“Sesiapa yang menginginkan ilmu, hendaklah ia mengkaji-mendalami-menadabburi Al-Qur’an, karena di dalamnya terdapat ilmu orang terdahulu dan ilmu orang terkemudian.”
(HR. Ath Thabaraany, 9/146).

Apa yang disampaikan oleh sahabat Ibnu Mas’ud di atas juga dikuatkan kembali oleh Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah رحمه الله.
Murid Syikhul Islam Ibnu Taimiyyah رحمه الله ini pernah menyebutkan sebuah pernyataan bahwa Allah menurunkan 104 kitab, dimana seluruh makna dari 104 kitab ini terangkum di dalam Taurat, Injil, dan Al-Quran. Dan seluruh makna tiga kitab ini ada di dalam al-Quran.

Maka Al-Quran ialah inti dari seluruh kitab yang diturunkan Allah kepada para nabi-Nya, dan di dalamnya tersimpan ilmu yang sangat berlimpah, bahkan tak pernah habis sekalipun terus-menerus digali. Inilah yang dimaksud dengan ungkapan : #Keajaiban Al-Quran tak Pernah Habis#.

Semakin dalam pemahaman seseorang terhadap Al Qur’an dan semakin tinggi kecerdasannya, maka semakin banyak ilmu yang bisa digali dan semakin luas khazanah pengetahuan yang bisa diungkap.

Ibnu ‘Abbas رضي الله عنه berkata :

لَوْ أَرَدْتُ أَنْ أَمْلِيَ وَقْرَ بَعِيْرٍ عَلَى الْفَاتِحَةِ لَفَعَلْتُ

“Kalau seandainya saya mau untuk mendiktekan ilmu yang terkandung dalam surat Al Fatihah sebanyak kertas yang mampu dipikul oleh seekor unta maka saya mampu melakukannya.”
(Al Burhaan fii ‘Uluumil Qur’aan, Az Zarkasyiy)

B. Ayat Al-Quran tentang Perintah untuk MENTADABBURI AL-QURAN

Kata tadabbur (تدبر) di dalam Al-Quran disebutkan sebanyak 4 kali, yang terkait dengan Al-Qur’an. Di antaranya disebutkan oleh Allah di dalam QS. Muhammad [47]: 24:

أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ ٱلۡقُرۡءَانَ أَمۡ عَلَىٰ قُلُوبٍ أَقۡفَالُهَآ
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran ataukah hati mereka terkunci?”

Allah menegaskan di dalam ayat ini, apakah mereka tidak memperhatikan, yaitu membaca, memikirkan, menghayati, dan mendalami pesan-pesan yang terdapat di dalam Al-Quran, hingga mereka beriman kepada Allah. Ataukah hati mereka semua sudah terkunci mati, sehingga tidak dapat berpikir lagi, menghayati, memahami dan mendalami apa yang terdapat di dalam Al-Quran.

Jadi, seseorang yang tidak melakukan tadabbur Al-Quran adalah orang-orang yang hatinya telah terkunci sehingga tidak dapat melihat, tidak dapat memahami, dan tidak dapat menghayati lagi apa yang dipesankan oleh Al-Quran. Hati mereka adalah hati yang mati. Na’udzu billahi min dzalik

C. Simulasi dan Stimulus tentang Tadabbur Al-Qur’an yang perlu kita asah bersama

Para ulama, seperti Imam Al-Biqa’i di dalam bukunya Nadhmud Durar fi Tanasubil Ayat was Suwar menegaskan satu hal menarik yang menggelitik, yaitu bahwa “tiap satu kata dengan kata setelahnya dalam satu ayat; satu ayat dengan ayat selanjutnya, dan perpaduan ayat-ayat di dalam sebuah surat itu memiliki keterkaitan yang sangat erat. Saling berhubungan, dan tidak bisa dipisahkan.

Setelah membaca pernyataan Imam Al-Biqa’i di atas, apa yang kita fahami dari ayat -ayat berikut:

Pertama: keterkaitan antara kata dengan kata selanjutnya dalam satu surat

  1. Surat Maryam ayat 59
    Allah Ta’ala berfirman,
    فخلف من بعدهم خلف أضاعوا الصلوة واتبعوا الشهوات فسوف يلقون غيا (٥٩)
  2. Surat Al-Mukminun ayat 51
    Allah Ta’ala berfirman,
    يآيها الرسل كلوا من الطيبات واعملوا صالحا إني بما تعملون عليم (٥١)

Kedua: keterkaitan antara satu ayat dengan ayat setelahnya

  1. Surat Maryam ayat 29-30
    Allah Ta’ala berfirman,
    فأشارت إليه قالوا كيف نكلم من كان في المهد صبيا (٢٩) قال إني عبد الله
  2. Surat Adz-Dzariyat ayat 56-58
    Allah Ta’ala berfirman,
    وما خلقت الجن والإنس إلا ليعبدون (٥٦) ما أريد منهم من رزق وما أريد أن يطعمون (٥٧) إن الله هو الرزاق ذو القوة المتين (٥٨)

Ketiga: keterkaitan antara sekumpulan ayat dalam satu surat.

  1. Contohnya surat Al-Kahfi

Pelajaran, hikmah dan ilmu apa yang terkandung pada lima nomor di atas?

  1. Mengapa menyia-nyiakan shalat disandingkan dengan mengikuti syahwat? apa korelasinya?
  2. Mengapa setelah perintah memakan yang thayyib ada titah beramal shalih? apa hubungan antara keduanya?
  3. Mengapa ada kesan tidak ada ketersambungan antara jawaban Nabi Isa kecil dengan tuduhan orang-orang. Mereka menuduh Ibunda Maryam melakuka perbuatan nista tapi Nabi Isa berkata, “Sesungguhnya aku adalah hamba Allah.” Ada apa dibalik ucapan ini? apa hubungan pernyataan Nabi Isa kecil ini dengan tuduhan yang dialamatkan kepada ibundanya?
  4. Apa pula keterkaitan antara tujuan penciptaan manusia, yaitu ibadah dengan rizki? Atau ini hanya kebetulan semata??
  5. Apa hubungan antara ayat-ayat dalam surat Al-Kahfi dengan surat Al-Kahfi disebut oleh Nabi Muhammad bahwa sesiapa yang hafal sepuluh awal dari surat Al-Kahfi akan terlindung dari Dajjal??

Pertanyaan-pertanyaan di atas, adakah kita tahu jawabannya?? apakah ia hanya kebetulan ataukah mengandung pelajaran yang belum kita ketahui?

Bagaimana kita menjawab pertanyaan ini bila kita merujuk kepada pernyataan Imam Al-Biqa’i.

Mudah-mudahan pertanyaan ini bisa menjadi simulasi dan stimulus bagi kita semua untuk menengok kembali Al-Qur’an kita, kemudian kita kaji-tadabburi dalam-dalam agar kita bisa mengambil banyak ilmu yang tak bertepi, pengetahuan yang tak berujung dan maklumat yang tak berkesudahan.

3 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!